katanya yiruma
ini coba-coba main river flows in you-nya yiruma.. susah juga...jari2 kaku..jadi sering kepleset pleset.....



-ugh..not good-
katanya telo gelo

suwe ora jamu
jamu godong telo
suwe ora ketemu
ketemu pisan gawe gelo

-ini lirik lagu suwe ora jamu yang baru2 ini terputar di nuansa malam Bali Bistro-

hehe..rasanya saya banget... lama ga ngeblog karena NB bermasalah, cuma ngepost lagu suwe ora jamu...

yaa..artinya saya masih ngeblog.. (",)
katanya pak dirut PLN
Hmmm... saya secara tidak sengaja membaca sebuah note di Facebook, dikatakan merupakan note Bp.Dahlan Iskan, dirut PLN.. pemaparannya tentang hujatan-hujatan masyarakat kepada PLN.. Note yang berjudul risiko dihujat ini mungkin merupakan uneg-uneg dan semangat untuk merubah wajah PLN yang sudah coreng-moreng.. Saya sendiri sering membaca status teman-teman di Facebook tentang 'Listrik naik tapi byar-pet jalan terus'nya PLN..

oke, saya copy paste saja note Pak Dirut..

Risiko Dihujat

LISTRIK di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta padam. Heboh. Ribuan penumpang ngomel, marah dan menghujat. Terutama menghujat PLN. Dan juga tentu menghujat saya. Apalagi mati listrik itu terjadi pada waktu puncak-puncaknya: menjelang jam penerbangan pertama, di hari Jumat yang lebih ramai daripada hari apa pun, dan menjelang bulan puasa di mana banyak orang akan melakukan perjalanan suci berbakti kepada orang tua, termasuk ke kuburan mereka.

Nama PLN yang selama ini sudah buruk itu hancur lebur di Bandara Soekarno-Hatta pagi itu. Bahkan, hancur di mata seluruh bangsa Indonesia. Sebuah headline surat kabar yang memang biasa mengkritik PLN menulis: Byar-pet telah memalukan bangsa!

Sungguh masuk akal bila hari itu tidak ada satu pun orang yang berpikir bahwa mati lampu di bandara tersebut bukan kesalahan PLN. Masuk akal juga kalau tidak ada yang berpikir bahwa bisa saja instalasi listrik di dalam bandara itulah yang mengalami gangguan. Bahkan aneh sekali. Mengapa UPS yang mestinya otomatis mengambil alih daya listrik secara darurat itu tidak jalan.

Begitulah hukum alam. Seorang koruptor yang istrinya dua dan rumahnya mewah akan kelihatan lebih jahat daripada seorang koruptor yang lebih besar tapi istrinya satu dan rumahnya biasa saja karena berhasil menyimpan uangnya di luar negeri yang tidak ketahuan siapa pun.

Ada cerita lainnya: Kontraktor Jepang, Mitsubishi, mengerjakan pemborongan pembaruan pembangkit listrik di Muara Karang, Jakarta. Alat beratnya menghantam instalasi listrik dan membuat sebagian kawasan Jakarta padam. Hari itu nama PLN juga babak belur. Masyarakat Jakarta sudah trauma. Bisa-bisa akan berbulan-bulan lagi terjadi pemadaman bergilir. Meski hari itu listrik bisa dipulihkan dalam waktu lima jam, tapi nama sudah terlanjur hancur.

Orang tahunya PLN itu memang sudah parah. Tidak mungkin Mitsubishi bisa salah. Pasti PLN yang salah. Apalagi pihak Mitsubishi yang semula sudah setuju untuk meminta maaf secara terbuka ke publik, akhirnya menolak. Alasannya kantor pusatnya di Tokyo tidak setuju. Saya memaklumi alasan itu, karena begitu perusahaan itu minta maaf akan sangat rawan gugatan. Siapa pun yang menggugat, Mistubishi akan langsung kalah. Sudah minta maaf, berarti sudah mengakui berbuat salah. Di mata Mitsubishi barangkali muncul logika ini: sekalian saja biar PLN yang salah.

Di kota Pematang Siantar (Sumatera Utara), masyarakat yang baru saja menikmati hilangnya pemadaman bergilir bertahun-tahun, menghujat PLN lagi. Kali ini listrik di kota itu memang padam cukup luas. PLN hanya bisa menerima hujatan itu, meski mati lampu tersebut sama sekali tidak disangka-sangka. Hari itu seseorang yang lagi marah mengamuk membabi-buta. Ini karena jaringan di rumahnya diputus akibat ketahuan mencuri listrik. Diam-diam dia pergi ke suatu tempat yang vital. Mengamuk dan memutuskan jaringan penting listrik di sana. Polisi memang berhasil menangkap orang tersebut, tapi kekecewaan masyarakat yang listriknya mati tidak terobati.

Di Cianjur Selatan (Jawa Barat) masyarakat juga marah. Hari itu hujan angin luar biasa hebatnya. Disertai petir dan halilintar. Jaringan di Cianjur Selatan putus. Pemulihannya memerlukan waktu lebih dari lima jam. Kali ini PLN benar-benar salah.

Setelah diperiksa, ternyata jaringan ini terlalu panjang tanpa dipasangi LBS di tengah-tengahnya. Jaringan ini panjangnya 15 kilometer tanpa LBS sama sekali. Seharusnya, setidaknya di tiap 3 kilometer dipasangi LBS. Dengan demikian kalau pun listrik mati karena bencana alam, akan lebih cepat memperbaikinya. Tidak harus lebih lima jam seperti itu. Bahwa petugas harus memulihkan jaringan itu sambil mengarungi hujan badai, itu sudah biasa. Tapi, bahwa tidak ada LBS di tengah-tengah jaringan panjang itu, memang kesalahan sistem di PLN.

Setelah kejadian itu, seluruh Indonesia diminta memeriksa di mana saja ada jaringan yang terlalu panjang yang tidak dipasangi LBS. Rasanya tidak perlu dijelaskan apa itu LBS, karena begitu banyak peralatan listrik yang memang sulit dijelaskan. Dan tidak perlu. Yang penting listrik jangan mati.

Ternyata memang banyak listrik mati akibat kesalahan sistem PLN seperti itu.

Yang terakhir ini kesalahan saya juga: Waktu saya ke Istana Bogor Jumat lalu, saya menyempatkan diri menemui dan berdialog dengan karyawan PLN di Bogor. Hari sudah malam. Di luar lagi hujan deras. Saat itulah radio panggil petugas PLN bersuara: Lima tiang listrik di lereng Gunung Salak roboh. Saya bertanya, jam berapa ini. Sekitar jam 22.00.

Saya terus mendengarkan dialog di pesawat komunikasi itu. Suaranya agak kurang jelas. Rupanya petugas di sisi sana lagi di tengah-tengah hujan. Dia sudah berusaha untuk bersuara sekeras mungkin tapi masih kalah dengan suara angin ribut. "Jurangnya dalam sekali," bunyi suara di radio komunikasi itu.

Dari seberang sana terdengar pertanyaan apa yang harus diperbuat. Jiwa saya terbelah. Di satu pihak saya membayangkan alangkah menderitanya masyarakat yang listriknya padam di lereng gunung Salak itu. Di lain pihak saya bergulat dengan perasaan: Akankah saya memaksa petugas itu untuk memulihkan tiang listrik di bibir jurang yang dalam di tengah kegelapan malam yang berhujan itu? Akankah saya harus mengorbankan jiwa mereka?

Saya tercenung agak lama. Kadang sebuah keputusan begitu sulitnya.

Bahwa PLN dan saya dihujat, baik akibat kesalahan sendiri maupun bukan, tidak bisa dihindari. Tidak ada resep yang lebih baik kecuali terus bekerja keras.

Saya hanya ingat ketika awal-awal membenahi Jawa Pos pada 1982. Waktu itu begitu lemahnya Jawa Pos sehingga orang Surabaya sendiri tidak tahu di mana alamat Jawa Pos di Jalan Kembang Jepun itu.

"Di mana sih Jawa Pos itu?"

"Di depan Bank Karman," jawab saya.

Bank Karman. Begitu kecilnya bank itu, tapi masih lebih terkenal daripada Jawa Pos. Maka timbul dendam dalam jiwa saya: saya harus membuat Jawa Pos setidaknya akan menjadi lebih terkenal dari Bank Karman! Kalau suatu saat ada yang bertanya di mana itu Bank Karman, akan saya jawab dengan gagah berani: di depan Jawa Pos!

Dendam yang sama kini muncul di jiwa saya. Saya harus membuat PLN lebih terkenal daripada bandara Soekarno-Hatta. Dengan demikian kalau suatu saat ada mati lampu lagi di Bandara Soekarno-Hatta, orang tidak lagi menghujat PLN. Saya serahkan kepada-Nya mengenai hasilnya. (*)


Menarik...saya kagum dengan kegamblangannya dan kemauannya untuk 'balas dendam' membuat PLN lebih terkenal daripada Soekarno-Hatta.. Ini juga sekaligus pe-er yang rasanya tidak bisa dikerjakan sendirian, tapi harus dengan bantuan masyarakat semua..

Saya mendukung anda, Pak Dirut! Tidak ada resep yang lebih baik kecuali terus bekerja keras..dan hasilnya serahkan saja kepada-Nya!

katanya nomaden
Greeting from Shanghai. OK..I've been living here in Shanghai for like 9months and during those 9months, I have moved house 3times! haha..quite interesting and it means I move house every 3months in average. Hmm, let see.. my first house was in Yan Ping Road-Wu Ding Road.. then I moved to Huashan Road-Yan An Road to live together with Jojo.. After about 1 or 2 months, I moved again to Tong Chuan Road- Lan Gao Road, where I lived only in a small room, yet big enough for me.... Just yesterday, I moved house to Yan Ping Road-Xinzha Road... Quite nomade life I had here in Shanghai eh?
Hmm..anyway, this week it's quite busy week for Bali Bistro..The new menus are going like blasting since we will have another promotion for Indonesian Independence Day this 17th of August..
The bad news is... Naga Bonar goes back to HP service centre..Hm, maybe it's time for me to have another notebook...
ah, I've got not so interesting stuff to tell at the moment I guess... but I read a sentence in my Learning Chinese Book says 'When you are in Roma, do it like Romans'
so..yeah.. God Bless You.. -random-
katanya kopi luwak
selamat malam... kali ini saya posting dengan kesusahan.. jadi ceritanya tadi saya ini nganter makanan, nasi tumpeng beserta kroni-kroninya gitu.. sebenernya gak gitu berat, tapi entah kenapa punggung saya jadi sakit setelah angkat2 gituan.. mungkin karena sudah lama juga saya tidak olahraga...

oya, hari ini tadi saya untuk yang pertama kalinya seumur hidup meminum kopi legendaris Indonesia yang sekaligus jadi kopi termahal seantero jagad raya.. KOPI LUWAK! Hmm.. ceritanya begini, hari ini rombongan bapak menteri dari Indonesia 'numpang' makan di Bali Bistro.. setelah santap malam selesai, mereka minta kopi luwak.. langsung saja saya buatkan.. eeh, ternyata banyak yang minta kopi luwak juga.. karena proses bikinnya yang agak ribet, tentu saja butuh waktu agak lama.. [biji kopi mesti di giling dulu, baru dibuat secara manual] Sekedar info, satu kali proses mendidih, kita hanya bisa menghidangkan 2cangkir kopi.. 2cangkir kopi pertama dan kedua sukses dihidangkan dengan selamat.. Namun malang, ketika saya berhasil menghidangkan 2cangkir kopi ketiga, rombongan terlanjur buru-buru pergi karena ada urusan yang lain.

ya sudah, akhirnya menganggur juga 2 cangkir kopi luwak yang 1nya berharga 280RMB [kurang lebih IDR 350k]. Tapi karena sudah dibuat daripada dibuang, ya sudah saya tenggak saja.. HA! Rasanya memang berbeda dengan kopi kopi lain yang pernah saya minum.. sebut saja kopi jawa, kalosi toraja, atau mandeling sumatera.. terang saja beda! Lha wong bikinnya aja njlimet bin ribet.. mungkin kalau pak menteri mau nggiling bijinya sendiri, harganya bisa lebih murah..haha.. yang pasti, kopi luwak ini memiliki cita rasa tersendiri.. susah dijelaskan dengan kata-kata.. dan juga sekaligus salah satu kopi terenak yang pernah saya minum selain segafredo dan kopi buatan pak woeryanto hidayat... Bagi anda para pecinta kopi, yang pernah merasakan kenikmatan kopi luwak, nah..anda tahu sendiri sensasinya...^^

yang pasti, kopi luwak tidak berhasil mengurangi rasa sakit di punggung saya dan membuat saya tambah merana karena mata saya melek sampai sekarang... fiuh...

nb:pak woeryanto hidayat ini tidak lain tidak bukan adalah bapaknya okky kharisma hidayat yang terkenal itu..
[red:bapaknya yang terkenal, bukan anaknya]
katanya sawi
Hmmm..saya serasa kehilangan ilham dan ide untuk menulis... tentu saja bukan sembarang menulis... menulis yang semoga bisa memberikan inspirasi dan semangat.. seperti kata teman saya...terimakasih yang berarti 'terima berkat' dan langsung 'kasih berkat' ke orang lain..jadi saya ingin agar saya bisa memberikan inspirasi dan berkat bagi para pembaca...
wah..mungkin karena Shanghai belakangan ini suhunya terlalu panas sehingga saya butuh penyegaran..refreshing....

mengutip nguping jakarta :

A: 'Saya ini kalau tidur harus pakai AC, jadi biar pagi bangunnya bisa enak...'
B: 'Oh..mas ini sejenis sawi ya? Kalo pagi mesti segar...'

aih..kali ini saya pengen jadi sawi...jadi kalo pagi selalu segar..